Rabu, 07 Oktober 2015

Yuk Belajar Take Note Skill



The Taking Notes Skills…

Image Source: google

Ada sebuah cerita lucu yang saya alami beberapa tahun lalu saat saya mengajar disekolah orang kaya di Surabaya, waktu itu saya mengajar siswa kelas enam dan mata pelajaran bahasa Inggris. Kami ingin membuat presentasi tentang  countries around the world.  Siswa hendaknya memiliki article yang mereka sukai menyangkut Negara pilihan mereka… setelah tahapan note taking skills kelar, maka setiap anak akan membuat draft presentasi. 

Ada satu siswa yang dengan sangat lugas dan cepat menyelesaikan draft tersebut . lebih lanjut dia mengunakan bahasa inggris yang sangat bagus dengan kosakata yang jarang digunakan oleh anak sebayanya… seketika saya bertanya kepada anak itu… what the meaning of …?

Dia menjawab tidak dengan kata-kata tapi cukup dengan senyum lugu nan innocent dan tidak lupa geleng-geleng kepala.. lalu… saya kembali bertanya… “so what should I do to your work? Or what should you do to your work?”... dia menjawab cukup singkat…” he he he… sorry Mister”… lalu dia mencoret satu paragraph yang dia copy dan hafalkan sebelumnya di rumah.  Lalu dia kembali membuat dengan gaya bahasanya sendiri.

Lanjut cerita saya kembali keliling kelas untuk melihat progress kerja anak-anak saya… lalu saya terkejut ketika saya mendatangi satu siswa perempuan saya. Dia menyobek satu lembar kertas kerjaan. Saya bertanya, “what is the matter? Is it something wrong?... sorry mister. I just copy the article… he he he
Lalu saya kembali menegaskan… 

This is the way you take notes…
·   Note is a simple word or a phrase about the most important things facts of what we see or read.
Note itu ya harus simple dan biasanya berupa kata-kata atau frase yang penting-penting saja
·  Try not to take note in a form of a single sentence.
Hendaknya note yang kita ambil bukanlah dalam bentuk kalimat.
·   You may highlight notes and then copy your highlighted notes into a piece of paper.
Gunakan stabillo untuk fakta-fakta penting dan setelah selesai di-highlighted. Pindahlan note tadi dilembar kerta atau catatan.
·   Get rid of the article or remove your article when you finish copy and write your notes.
Singkirkan atau simpan article yang kit abaca tadi ketika kita selesai mengkopi notes kita.
·     Use the copy of you note on your paper.
Gunakan notes yang sudah dipindahkan dan ditulis dicatatan.
·     Tell and write with your own word or style of your note. Write them in detail and easily to be understood this is you draft.
Kembangkan note yang telah dikumpulkan tadi dengan gaya bahasa kalian sendiri. Tulislah sedetail mungkin dan mudah dipahami. Apa yang kalian kerjakan ini disebut juga dengan draft.
·           When you finish your draft.  Well that is your piece of writing… your very own…
Ketika sudah kelar semua, kerjaan sudah selesai tinggal membuat good copynya saja..


Nah setelah itu kalian boleh berbangga bahwa kalian telah berhasil membuat karya tulis sendiri…

See you around


Tauatan artikel saya ini bisa juga dilihat di:
http://uncommonlygenius.blogspot.co.id/2011/09/take-notes-skills-bisa-menghapus-budaya.html
http://nationalplus-mutiarabunda.blogspot.co.id/2011/09/taking-notes-skills.html

Take Notes Skills: Hapus Budaya Copy Paste Bagi Pelajar…


Take Notes Skills… (bisa) menghapus Budaya Copy Paste…

Image resorces : note-taking-1 1stopbrainshop.com


Ada dua hal yang terlihat sepele tapi berdampak besar bagi perkembangan pendidikan dan pola berpikir dalam menghasilkan karya tulis di masyarakat kita saat ini yang mungkin saja member dampak tidak langsung ke depannya…


Saya terkejut sekali ketika melihat phenomena yang ada yakni semakin banyaknya dan seringpula rental jasa pengetikan mendapat order untuk mengetik ulang karya tulis tertentu baik dalam bahasa kita ataupun dalam bahasa asing. Hal itu semua berujung pada kelulusan 
jenjang pendidikan tingkat tinngi atau lanjutan… 


Ada apa dengan semua ini…


Budaya Copy Paste


Setiap orang pastinya ingin semuanya mudah, cepat dan tidak memerlukan banyak energy yang terbuang dalam mengerjakan sesuatu bukan?… yaaa begitulah gejala  yang ada di masyarakat kita… baik dari golongan pelajar maupun para professional sekalipun… semuanya ingin serba … INSTANT…. Seperti mie instant, pop mie atau juga fast food pastilah gerai-gerai tersebut banyak diserbu dan banyak di order…


Tapi satu hal… bisa tidak hal tersebut diberlakukan bagi kalangan PELAJAR?... atau mereka yang masih dalam tahap BELAJAR untuk memahami sesuatu…?  Bagimana pula result yang didapat bila belajar dengan system INSTANT?....  


Atau mungkin hal ini bisa anda jawab semua…. 


Ada teman atau orang lain yang mendapat tugas untuk membuat paper kemudian karena ini jaman internet so… tinggal masukan kata kunci dihalaman Google… dan Klick… tunggu sebentar lalu article yang anda dapatkan bisa langsung ada saat itu… setelah menimbang ini itu.. akhirnya halaman tadi disafe.  Dan di copy paste diformat yang lain serta edit agar bisa diprint bagus. Akhir kata dikumpulkan dan mendapatkan score A…


Kemudian dalam sebuah kesempatan dan kebetulan sekali, si penulis article tersebut anda sendiri. Anda teringat hasil keras dan susah payah membuat article tersebut, entah dengan mengadakan penelitian terlebih dahulu atau membaca beberapa referensi buku- buku. Yang  anda telah melampui beberapa tahap dalam menghasilkan article tersebut. yang jelas waktunya lebih lama bukan dari pada sekedar browsing, copy, paste sampai ke printing segala. Dan andapun kala itu juga sama-sama mendapat A.


Apabila direnungkan:
·         Apakah proses kedua orang tersebut dalam mendapatkan nilai A sama-sama fair?
·         Mari kita pikirkan, kira-kira apa yang dirasakan oleh Si Orang kedua yakni sang penulis cerita?
·         Apa juga yang dirasakan oleh orang pertama yang hanya brosing berita?
·         Truz kreiteria apa yang digunakn oleh penilai atas hasil kerja mereka?
·         Kira-kira dampak apa yang mungkin akan terjadi bagi orang pertama atau biasa disebut plagiator, orang kedua yakni sang penulis article dan juga si penilai..


Type orang pertama

Mungkin beda kali ya atas apa yang akan dirasakan oleh ketiga karakter diatas, Si plagiator mungkin saja begitu cerdas dalam “membuat berkarya“  dan ujung-ujungnya dia akan mati-matian mempertahankan hasil karayanya. Tau khan sikap yang akan muncul?jadi the biggest liar… mau ngaku kalo bagus tapi kalo gak mana mau?...  


Bisa jadi akan menjadi orang yang suka menghalalkan cara asalkan tujuannya tercapai yakni dapat nilai tinngi dan semua orang puas tapi bagaimana pada dasarnya??? Nonsense khan?... 


atau tong kosong nyaring bunyinya. Lho koq? Lha ialah dengan karyanya yang bagus bila dia ditanyai sesuatu tentunya dia akan berpikir lebih keras dan jwaban yang diberikanpun belum tentu memuaskan.  Karya dia yang teramat bagus tapi bukan dia yang buat serta apakah dia akan membaca dan memikirkan secara detail isi article, paper atau makalah yang dia hasilkan?... belum tentu khan?... so jeleknya ntar dia akan sukar sekali menghasilkan sesuatu. 


Dan kelak bila dewasa, bisa menjaminkah orang tersebut mampu menghasilkan karya tulis yang representative dan reliable? Apalagi bila karya tulis kita bersaing dan disandingkan dengan karya tulis dari Negara-negara manca?... 


Jujur saja kebiasaan suatu individu sejak dini dalam menjalani kebiasaan sehari-hari secara tidak langsung akan memberikan dampak terhadap karakter indovidu yang bersangkutan..  


Type orang Kedua


Lanjut… apa yang mungkin akan terjadi pada orang kedua, ada dua kemungkinan, satu dia akan berhenti berkarya dan mengikuti cara orang yang pertama tadi. Ya mao gimana lagi?... kerja keras dan kerja cepat pun mendapatkan penghargaan yang sama.. bisa dibayangkan bila satu indvidu menggambil sikap yang demikian, kelak akan menjadi apa bangsa ini?... bisa-bisa pelajaran tulis menulis atau menulis laporan akan menjadi hambar dan tidak berguna lagi… so siapa juga nantinya yang akan mencatat semua kejadian penting yang terjadi dinegeri ini?... bisa-bisa bangsa kita akan berjalan ke jaman Dark age…


Kedua, andaikan siswa tadi memiliki karakter yang kuat maka dia tidak akan terpengaruh dan tetap menghasilkan karya. Namun masih saja dia menyimpan rasa ketidak puasan dalam diri mereka… dia akan menyimpan rasa sakit hati yang mendalam baik kepada sobatnya dan juga kepada tim penilai tadi…


Satu hal yang patut dibanggakan oleh si orang kedua ialah… dia akan tau lebih banyak… tahu lebih detal dan apa yang telah dia ciptakan akan menjadi suatu yang berharga dan tidak bisa dimilki oleh orang lain. Lebih lanjut, orang kedua ini akan selalu sunnguh-sunguh dalam menghasilkan sesuatu dan sifat itu akan terbawa dengan sendirinya sampai dia dewasa atau bahkan sepanjang hidupnya… nah sikap seperti inilah yang akan menopang kelanjutan bangsa ini untuk bersaing dengan bangsa lain… sepertinya kemampuan untuk menuangkan idea dengan sangat detail dan mudah dipelajari merupakan salah satu factor penting dimasa mendatang karena kita sekarang sudah memasuki era informasi… siapa yang punya konsep akan sesuatu dan mampu menerjemahkan konsep itu secara gamblang akan selalu dibutuhkan dimasa ini.


Selain kemampuan untuk menuangkan idea dan konsep secara jelas, si orang kedua juga mengasah kemampuan analisanya. Ya ialah… dia khan harus membaca terlebih dahulu, memahaminya secara mendalam, membuang beberapa informasi yang tidak begitu penting batu kemudian dia akan mencoba menggabungkan apa yang dipikirkan dengan apa yang telah dia pelajari…


So…  apabila dilihat ujungnya mereka berdua sama-sama mendapatkan predikat yang mungkin sama tertera dia atas kertas tapi satu hal yang begitu membedakan ialah yakni yang dimiliki oleh orang kedua. Kemampuan untuk mencerna, menganalisa, thinking skills serta kemampuan untuk mengungkapkan idea dan konsep..


Type Penilai


Satu hal yang dirasakan oleh tim penilai tersebut ialah tuntuntan moral, bila saja penilai tersebut tidak mengetahui secara detail proses kedua murid tersebut hal itu tidak akan menjadi beban baginya. Nah lain lagi bila dia tahu proses yang sebenarnya, dia pastinya akan merasa tidak adil dalam memberikan nilai. Bisa dibayankan bila dia merasa sedikit berdosa, mau merubah nilai akhir tersebut tapi sudah terlanjur.. 


Hal kedua yang mungkin dihadapi oleh penilai tersebut dimata kedua orang tadi ialah 
kehilangan rasa respect. Lho koq segitunya?


Bagi siswa yang pertama, dia tentunya akan bertindak seperti yang dia lakukan. Lha penilai saja tidak tau prosesnya dan hanya dengan model kerja yang segitu dan begitu dia berani memberikan nilai yang cukup bagus. Buat apa lagi harus kerja keras… bukan begitu?


Bagi siswa kedua tentunya akan merasa lain, si orang kedua akan merasa sedikit ogah-ogahan dan tidak memberikan apresiasi yang tinggi kepada penilai tersebut bila kelak akan mendapat tugas lagi…


Harapan saya, nilai atau score tidaklah harus mutlak dan menggambarkan atas hasil kerja keras kita selama ini. Jadikanlah itu sebagai barometer apabila kita mengukur kesuksesan atau keberhasilan orang.. itulah gunanya nilai…


Semoga saja semakin banyak individu-individu ditanah air yang mau sadar dan menghindari budaya copy paste… bukankah budaya copy paste dalam membuat thesis atau tugas akhir itu sama halnya plagiarism atau mengakui hasil kerja orang lain atau juga salah satu bentuk rapid an halus dari pembajakan buah pikir seseorang?... bila saja anda yang merasa dirugikan dengan budaya copy paste akankah anda akan merugikan orang lain?...


Satu hal yang saya selalu dengungkan ke anak didik saya walaupun mereka masih duduk disekolah dasar swasta dikota saya hidup ialah … hindari budaya copy paste melainkan hasilkanlah karya sendiri dengan gaya bahasamu sendiri..


Artikel ini pernah saya share di blog saya lainnya berikut linknya:
http://uncommonlygenius.blogspot.co.id/2011/09/take-notes-skills-bisa-menghapus-budaya.html

Selasa, 06 Oktober 2015

QQSP Rules: Tumbuhkan Produktivitas dan Etos Kinerja Siswa

The Q-Q-S-P Rules.....



Setiap pengajar dinegeri ini sudah pasti berharap, siswa yang diajar produktif dan memiliki etos belajar yang tinggi. Saya pun tak menampik hal yang demikian. Namun pada kenyataannya, siswa terkadang bekerja lebih lama daripada alokasi waktu yang kita berikan. Lantas bagaimana solusi dan tip-nya? Sekedar sharing berdasarkan pengalaman saya mengajar baik untuk tingkat SD kelas kecil, kelas besar hingga SMP, kuncinya hanya satu, sebelum memulai tahun ajaran baru dan tiap kali memulai pelajaran khususnya saat memberikan waktu siswa untuk berbuat atau melakukan sesuatu, saya senantiasa mengingatkan siswa tentang QQSP Rules dalam bekerja dan berkarya.


BErikut pengalaman saya beberapa tahun lalu yang sempat saya share-kan dalam unofficial blog anak-anak saya. Semoga bermanfaat. 

Regard 
Mr Josh

Hope you always still REMEMBER THIS... my key to be an excellent individual... no matter old and young... bright or slow...

Q-Q-S-P

Q = Quickly
DO YOUR WORKS QUICKLY. You have only 24 hours a day and seven 7 a week. and nothing is gonna change about it!!! be wise when allocating time to you.. if you already wise enough, i bet you will be still able to find time to relax. make schedule and take notes or Thing to do list. For example: do these quickly when you are...
doing your exercises...
doing your test...
doing your projects...
without regardless your high quality of course..

QUICKLY also means... be efficient in your time... and the result?... you already know it!

Q = Quietly
One thing to efficient your working time is REDUCE noisy. You should decrease you volume of voice whenever discussing any matters, when you remove your stuff, when doing any activities. by doing this you will respect others. when you respects others they will also respect you automatically.
S = Safely
You may have worked faster than anybody, silently still you should think about your safety and others' safety as well. the world would be such a dangerous place for anyone of us.
take example:
when you are using your pencil, scissors or maybe a cutter... they could harm you when you use them unwisely
when you are walking down the hall or up and down the stair. please KEEP ON WALKING.. otherwise you may hit or being hit by someone else. you want to keep you body parts completely don't you?...

P = Politely
After you can do those three things above, as Indonesian Next generation, we should keep being POLITE in most of our activity. we should be polite in our manner and attitude in our out the class, when we talk, when we walk, when we eat our lunch, when we dress up and when we live...

I know you can be this sort of excellent students and be come the PIONEER for this simple rules of living...

Last words...This is NOT only my blog, but this is YOURS... so you may add up something that you like as long as bring good to everyone....

Menyusun Refleksi & Portofolio Bagi Siswa Sekolah

Siklus sukses, selalu ada evaluasi, demikian juga dengan refleksi dan portofolio siswa. 

Hampir semua metode evaluasi yang kita kenal sekarang ini ialah metode tanya jawab baik tulis maupun lisan. Dan poin evaluasi selama ini berdasarkan atas metode tersebut yang menekankan pada segi “material mastery” atau penguasaan materi saja. 



Hal ini sejatinya sudah saya terapkan sejak 5-7 tahun lalu atau sekitar tahun 2007an. Metode pembelajaran ini saya dapatkan ketika saya berkerja dan belajar disekolah swasta yang mana sedikit banyak mengaplikasikan pemberian refleksi dan portofolio yang dibawa oleh para tenaga pengajar asing yang tergabung dalam English Departmen. Ketika saya applikasikan ke sekolah swasta nasional, gema dan fungsinya masih belum terasa. Baru ketika muncul istilah K-13, hal ini baru terasa. Sisi positifnya, saya sudah "curi start" terlebih dulu dan sedikit mengenal luar dalam baik versi luar maupun versi domestik.



Berikut pengalaman saya ketika menggunakan metode ini lima tahun silam. 

Siswa saya waktu itu, khususnya kelas empat SD mencoba belajar menerapkan evaluasi belajar dengan system Refleksi. Mata pelajaran yang kami gunakan pada waktu itu ialah IPA sedangkan bab yang kami pelajari ialah “Pengaruh  Benda-Benda Langit terhadap Kehidupan Bumi”, dimana bab tersbut  juga mempelajari tentang fase penampakan bulan sebagai salah satu materi yang sukar ditelaah bagi anak didik kami.


Format refleksi yang kami harapkan tentunya mengunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar baik dari segi konten refleksi mereka maupun dari tata bahasa mereka. Berhubung thema ini tidak diajarkan dalam bab bahasa Inggris maka siswa Nasional plus mencoba menuangkan hasil olah pikir mereka sesuai dengan kemampuan berbahasa mereka. Apabila mereka mau mencoba mengunakan bahasa inggris it’s Wonderful! Dengan Bahasa Indonesia, kenapa tidak? Dengan target anak mampu menuangkan isi pikiran mereka ke dalam komposisi narasi sebanyak 100 – 150 kata atau lebih bagi siswa yang suka kegiatan menulis.

Inti dari refleksi siswa yakni semata-mata mengukur kemampuan diri/siswa dalam menyerap apa yang telah mereka dapatkan, mengajari anak membuat kesimpulan dan menulis kembali intisari pembelajaran hari ini. Selain itu, yang terpenting, siswa bisa mengevaluasi kinerja atau performa mereka hari itu dan diharapkan bisa meningkatkan mutu performa mereka dikemudian hari. Bagi pengajar, hal ini berguna sekali untuk mendapatkan feedback dari proses belajar mengajar dikelas. Guru ybs bisa menilai apakah KBM sesuai dengan tujuan, proses KBM yang menyenangkan atau bukan bagi anak didik. 


Bila pengajar hendak meminta anak didik membuat semacam resume yang bisa digunakan sebagai referensi pembelajaran, sudah tentu isinya lebih komplek. Namun bila hanya sebagai evaluasi singkat, maka isinya tak perlu sebanyak satu lembar kertas folio atau buku. Cukup sediakan, secarik kertas origami ukuran kecil sebagai media menulis.


Konten yang saya harapkan antara lain:
1.   Pembukaan = yang dalamnya tercantum salam pembuka, informasi penulis, maksud dan tujuan penulis.
2.   Materi inti yang menceritakan tentang aktivitas anak didik dalam proses pembelajaran unit yang bersangkutan serta pengetahuan yang mereka dapatkan dan kuasai serta hasil yang mereka peroleh.
3.   Opini berisikan tentang apa yang mereka rasakan selama mereka belajar unit tersebut, apakah mereka sangat antusias, apakah bab ini merupakan hal yang mereka kagumi, atau apakah aktivitas bab ini merupakan hobby atau interest meraka atau bahkan sebaliknya. 
4.   Evaluasi berisikan tentang hasil yang mereka dapatkan dari setiap aktivitas yang mereka kerjakan, sebab akibat dari apa yang telah mereka lakukan, baik dari segi akademik maupun dari segi proses belajar anak didik.
5.   Langkah kedepan memegang peranan penting juga, ini berisikan tentang rencana kedepan yang diambil siswa-siswa dalam dalam penguasaan materi, metode belajar serta sikap baik secara khusus sesuai dengan unit materi ataupun dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan usia mereka.

Dan yang paling utama ialah anak-anak diberi kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, anak-anak tidak dipermasalahkan apabila mereka menceritakan sesuatu yang negative terhadap kegiatan belajar mengajar yang mereka lakukan. Dengan kata lain refleksi ini sesuai dengan isi hati dan pengalaman pribadi siswa-siswa kami.

Berikut beberapa contoh refleksi yang diprakarsai oleh siswa-siswi yang kebetulan masih duduk dibangku sekolah dasar swasta di Sidoarjo.

Every child is different …







Beberapa Point-point refleksi yang general antara lain:
1.  Apa yang kalian pelajari dari unit ini?
2.  Pengetahuan apa yang kalian dapatkan?
3.  Metode pembelajaran apa saja yang sudah kalian lakukan bersama guru dan teman kalian?
4.  Apakah kalian suka dengan materi ini?
5.  Bagian apakah yang kalian paling sukai atau berkesan?
6.  Hal apa yang sukar kalian pelajari?
7.  Hal apa yang kalian tidak suka pada saat pembelajaran unit ini?
8.  Kesulitan atau kendala apa saja yang kalian hadapi?
9.  Apakah sudah puas dengan hasil yang kalian capai? Jelaskan.
10. Langkah apa yang akan kalian ambil untuk mencapai hasil yang lebih baik?

Well… refleksi ialah bentuk yang sederhana dari proses pembelajaran akan tetapi bisa diaplikasikan ke dalam bentuk yang lain bahkan bisa juga diterapkan dalam kehidupan sehari hari, dari tingkat sekolah sampai dengan tingkat kita berkarir esok…

Tidak PERCAYA???... we will see it someday…

Semoga Bermanfaat


Regard

Mr J - English Teacher

Artikel saya ini pernah saya share-kan di unofficial blog:
 http://nationalplus-mutiarabunda.blogspot.co.id/2011/05/menyusun-portofolio-refleksi-bagi-siswa.html



Thinking Skill dibalik Soal Bahasa Inggris


Banyak pilihan dalam kehidupan ini…
Dan terkadang pilihan itu … berikan kita sisi positive atau negative…


Yaaa… begitulah kehidupan kita kelak, atau bahkan saat ini saja pada saat kita duduk belajar di bangku sekolah kita harus pandai-pandai menggambil keputusan mulai dari level yang sangat mudah sampai dengan yang paling sukar. Problema saat ini yang terjadi di negara kita, kita tidak bisa memecahkan masalah yang ada, oleh karena itu negara sering kacau balau… kalau hal ini ditelaah lebih dalam mungkin ada kaitannya dengan metode pendidikan kita…? bisa jadi apabila kita lihat lebih kedalam, salah satu factor yang paling kecil ialah metode thinking skill dalam mengerjakan soal-soal evaluasi akhir.

Secara traditional, kita terbiasa menjawab model soal pilihan ganda atau “multiple choice”, “close test” atau test tertutup dalam bahasa test isilahnya “Fill in the blank” ialah isilah titik titik dibawah ini dengan jawaban yang tepat  serta model yang lainnya ialah jawablah pertanyaan dibawah ini atau “answer the questions”.

Model-model soal tersebut memang ada nilai lebihnya, dari pilihan ganda saja kita belajar bisa menentukan yang terbaik dari pilihan yang ada, close test juga membuat kita lebih tepat dalam menjawab tantangan, serta answer the questions kita belajar beropini dengan menjelaskan sejelas mungkin.

Akan tetapi, dalam beberapa jenis model soal yang kita kenalkan pada anak didik, siswa yang mahir dalam menjawab soal tersebut juga mengalami kesulitan ketika mencoba mengerjakan jenis “model lain” yang kita berikan. Beberapa factor yang mempengaruhi ialah
1.       Mereka juga belum mengaplikasi model analytical thinking.
2.       Belum menjadi  seorang yang risk taker.
3.       Belum memilki jiwa problem solver yang kuat sehingga mudah menjadi seorang “quiter”

Dari tiga problema di atas, semoga saja model soal yang kami berikan bisa setidaknya mengurangi factor-faktor diatas. Model ini biasa kami gunakan untuk pelajaran English, Science dan Math, walau masih memiliki beberapa kesulitan terhadap regulasi yang berlaku baik di tingkat internal maupun external.

Inilah rahasia mengapa kita berikan model ini.

Pertama yang khusus untuk bahasa inggris kita sering mengunakan materi yand dibrowsing dr internet dengan maksud… ya itulah yang ada dikehidupan kita sesunguhnya. Kami harapkan siswa akan mulai gemar membaca dan mencoba menemukan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat mereka. Asalkan jangan kebablasan, disini kata pengendalian diri memegang peranan penting. Banyak dari kita yang jatuh karena kita tidak bisa mengendalikan diri dalam mencari informasi dan mengunakan sumber daya yang kita miliki.


Kedua, pada kolom match to its meaning, mengandung beberapa maksud dan tujuan yang tidak langsung kita berikan ke anak didik. Dengan lima soal dan lima jawaban saja yang tersedia, siswa dituntunt untuk BENAR-BENAR memahami dan tahu betul jawaban dari soal yang tersedia. Apabila kita teledor sedikit atau bahakan asal jawad bisa dipastikan, kita membuat dua kesalahan. So, sifat dan sikap RISK TAKER akan mulai tertanam dari model soal ini.

Ketiga, pada kolom yang sebetulnya sangat sederhana, yakni TRUE or FALSE, dimana siswa hanya diminta menentukan apakah benar atau salah, diseksi ini siswa diminta untuk benar-benar memahami makna statement yang ada dan menganilisa berdasarkan fakta yang ada, yang kemudian menjawab soal tersebut. So, disini belajar ANALISA fakta serta RISK TAKER juga bisa juga ditambahkan untuk membenarkan statement berdasarkan FAKTA yang ada.


Keempat, pada seksi kita juga ada PUT IN ORDER, maksud dari model ini jelasnya kita belajar menggabungkan beberapa kata secara kronologis, terpola, tersistematis, dan sesuai dengan hierarki baik yang telah ditentukan ataupun yang mengikuti kaidah umum. Bukankah dalam ilmu management kita seharusnya berpikir dan bertindak secara sistematik, terpola dan kronologis serta belajar juga hukum sebab akibat.




Kelima, dalam pertanyaan uraian, soal yang kita gunakan model dua jenis yaitu menjawab sesuai dengan jawaban dari fakta yang tersedia dan yang kedua ialah menjawab dengan jawaban yang belum ada atau tidak ada dalam konteks yang disediakan. Anak-anak sudah terbiasa menjawab model pertanyaan yang pertama dengan kata lain kita membimbing anak untuk mencari jawaban yang sudah ada. Yang lainnya, anak-anak diminta untuk menganalisa pertanyaan terlebih dulu, comparasi serta memberikan opini mereka.



So, melalui model soal yang sedemikian rupa, siswa kami harapkan memiliki interest dalam aktivitas berpikir dan menbuat mereka terbiasa dengan pola pembelajaran OUT OF THE BOOK serta harapan kami ialah siswa mampu belajar mandiri tentang banyak hal didunia ini selain yang ada disekolah karena secara tidak langsung kami berikan pola belajar… SO LIFETIME Learner independently…

This is what we give u and what will you get… you may have accept the score right now… but your THINKING ABILITY will grow bigger and bigger gradually…
Why I can say like this?... I learn and observe the model of question gained from My tutor who come from Australia… he got and experienced such an Australian way of learning…


Regard
Mr J
English Teacher

Artikel saya ini sebelumnya pernah disharekan pada unofficial blog:
http://nationalplus-mutiarabunda.blogspot.co.id/2011/05/thinking-skill-dibalik-soal-bahasa.html

Semoga Bermanfaat -

Selasa, 27 Januari 2015

Entrepreneur: Innovasi - Kreatifitas Oke, Namun Bukan Kelas Prakarya



Belajar Makna Entrepreneur Sejak Bangku Sekolah (2)


Source:

Konsep Entreprenuer: Innovasi & Kreatifitas Oke, Namun Bukan Prakarya Apalagi Cooking Class. Konsep Belajar Entrepreneur meminjam istilah Buah Avokado

Ketika mendengar kata entrepreneur, dalam benak kita sudah pasti akan muncul istilah pengusaha atau bisnisman bukan? Mind set yang tak salah memang. Sesuai terminologi, entrepreneur memang tak jauh dari bidang bisnis. Menurut kamus google, arti entrepreneur yakni “a person who organizes and operates a business or businesses, taking on greater than normal financial risks in order to do so.

Menilik dari pengertian diatas, sejatinya seorang entrepreneur yakni orang yang mampu organize alias merancang (design) merencanakan (Plan) dan juga menjalankan roda (operates) sebuah bisnis atau bidang usaha yang kadang kala dalam proses menjalankan bisnis tersebut diperlukan kemampuan analisa dan keberanian dalam mengambil resiko (taking risk) demi mendapat keuntungan dari modal yang dia miliki.

Lebih lanjut, kata entrepreneur memiliki persamaan arti dengan beberapa term seperti businessman/businesswoman, enterpriser, speculator, tycoon, magnate, mogul, dealer, trader, dealmaker, promoter, impresario, wheeler-dealer, whiz kid, mover and shaker, go-getter, high flyer, hustler, idea man/person. Yang mana pada profesi-profesi ini membutuhkan beberapa kualifikasi dan kemampuan seperti yang digambarkan sebelumnya.   

Entreprenuer Bukan Prakarya Apalagi Cooking Class

Lantas bagaimanakah realitas yang dilapangan? Beberapa sekolah yang memang menyatakan sudah menerapkan entrepreneurship pada kurikulum mereka ini. Bahkan ada yang memberikan porsi yang lebih dengan menjadikan salah satu mata pelajaran. Namun tak jarang banyak yang terjebak dengan mapel Prakarya. Lantaran kedua mapel ini sama-sama menghasilkan inovasi dan kreasi produk yang layak jual alias menarik.  Guru pengajar Entrepreneurship kerap memberi tugas kepada anak didiknya untuk menghasilkan karya-karya unik dan menarik dalam bentuk hiasan dinding, aksesories dll. Anggapan yang anda, karya atau produk tersebut bisa dijual dan menghasilkan uang.  

Contoh lain, seiring maraknya kuliner dan jajanan tradisional yang kembali digemari banyak yang mempraktekkan membuat produk-produk kuliner dan jajanan. Sebuah pemikiran, kalau begitu apakah bedanya dengan Cooking Class?  Lantas bagaimana pula dengan siswa-siswa kita yang tak suka berkecimpung dalam dunia prakarya atau cooking class? Apakah mereka tak bisa belajar dari mapel ini?

Kalau cuma menghasilkan kerajinan tangan, atau karya yang menarik, bisa membuat produk makanan atau jajanan kenapa juga harus belajar bertahun-tahun sampai kuliah. Begitu pula, kenapa kalau Cuma ingin pandai memasak kenapa kog tak masuk kursus saja? Terus apa bedanya?

 Lantas bagaimana belajar makna entrpreneurship di lingkungan sekolah.

Kuasai Konsep Buah Avocado

Source:
Belajar dari sekolah yang mengajarkan konsep entrepreneur di kawasan Surabaya Barat, untuk belajar entrepreneur, peserta dan pengajar sebaiknya memahami betul konsep buah avocado. Kita semua tahu, dalam satu buah avocado terdiri dari beberapa bagian. Sebut saja, ada kulit dibagaian terluar, lalu daging buah yang sering kita gunakan untuk jus atau makanan, dan juga biji yang bulat dan berwarna gelap.

Nah, dari bagian itu dimanakah yang paling menarik dan enak? Tentu saja pada bagian daging buah buah. Lantas, apakah itu “daging buah” merupakan yang utama dari buah avocado? Walau yang paling enak dan acapkali digunakan, sekali-kali daging bukanlah bagian yang utama. Lantas apakah itu? Tak lain yakni BIJI AVOCADO yang berwarna hitam kecoklatan, keras dan tak enak. Ya.. dengan biji avocado, bila daging buah telah habis disantap dan kulit dikupas, hanya bijilah yang masih mampu hidup.. daging dan kulit tak mampu regenerasi. Sebaliknya, asal taruh ditanah, biji kelak akan tumbuh menjadi pohon yang menhasilkan lebih banyak buah. Dari situ, peserta didik diharapkan tak hanya mampu sekali berkarya melainkan tak henti berkarya alias never ending cycle.
  
Lantas persamaan antara entrepreneur dengan buah avocado dimana? Pertama, bagian luar yang paling tampak yakni produk atau kegiatan hasil dari pembelajaran entrepreneur yang tampak dan kelihatan nyata seperti inovasi dan kreasi karya & produk yang layak jual, kegiatan menjual barang sales dan marketing, menggelar bazaar dan expo, hingga presentasi bussiness plan dll.
Sedangkan pada bagian yang kedua yakni bagian DAGING BUAH. Hal ini mengacu “knowledge and skill” dalam melakukan aktivitas entreprenuer seperti proses kegiatan menciptakan produk, membuat rencana kerja, melakukan survey pasar, mencari ide dan melakukan experimen, ilmu komunikasi, handling objection, budgeting financial skill dll. Sedangkan yang paling utama atau biji yakni karakter seorang entrepreneur handal yang diharapkan akan tetap ada pada diri peserta didik baik saat melangsungkan satu proyek ini dan proyek-proyek yang akan datang. Hal ini berbicara pada hal yang tak nampak namun bisa menjadi pemicu si peserta didik tak henti selalu berkarya. Anak didik diajarkan memiliki semangat “never ending to learn new thing”, berani mengambil resiko alias risk-taker, selalu innovative dan think forward, berlaku efficient baik sumber daya dan dana, peka terhadap kondisi REAL pasar dan lingkungan dan karakater-karakter yang lainnya.

Source:
Visual.ly
Demikianlah yang bisa saya sharingkan terkait pembelajaran konsep entreprenuer bagi siswa. Jangan sampai anak didik terjebak dalam membuat berbagai produk yang bernilai jual namun tak memahami konsep dan karakter seorang entrepreneur sejati. Barometernya akan terlihat kala mereka lepas atau lulus dari sekolah, tentunya mereka berhenti berkarya dan berinovasi lantaran tak ada yang mengarahkan. Sebaliknya, bila selama masa didik anak mendapatkan karakter dan menguasai konsep, anak didik akan mandiri dan akan selalu memunculkan idea-idea baru dan berusaha mewujudkan idea-idea mereka. Semoga bermanfaat.

Next time, saya akan sharingkan sedikit dari result-result yang dihasilkan selama masa pendidikan entrepreneur.

Salam E...
J?